ICDISS — Bandung – Kisah mistis tentang hantu laut selatan atau dikenal sebagai sosok Nyi Roro Kidul telah menjadi salah satu urban legend paling populer dan melegenda di Indonesia. Sosok ini dikisahkan sebagai ratu penguasa laut selatan yang memiliki kekuatan supranatural.
Sosoknya juga digambarkan memiliki penampilan yang anggun tetapi menakutkan. Cerita-cerita tentangnya telah menyebar dari generasi ke generasi melalui dongeng rakyat, kisah lisan, hingga diangkat ke dalam buku, film, dan sinetron.
Selain itu, karakter Nyi Roro Kidul bukan hanya menjadi bagian dari cerita horor melainkan juga menyatu dengan kepercayaan budaya masyarakat Jawa dan Sunda. Salah satu alasan legenda ini begitu melekat karena keterkaitannya dengan budaya spiritual dan kejawen.
Dalam tradisi Jawa, Nyi Roro Kidul dianggap sebagai bagian dari alam gaib yang memiliki peran penting dalam keseimbangan dunia. Banyak masyarakat percaya bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan raja-raja dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Kepercayaan ini memperkuat kesan bahwa laut selatan bukan sekadar perairan biasa melainkan wilayah yang dihormati dan disakralkan. Bahkan, sebagian masyarakat masih melakukan ritual khusus untuk menghormati laut selatan agar terhindar dari bencana.
Kisah mistis lainnya yang kuat juga ada pada larangan-larangan khas yang berkembang di masyarakat seperti larangan memakai pakaian berwarna hijau saat berada di Pantai Selatan. Warna hijau dianggap sebagai warna kesukaan Nyi Roro Kidul.
Melalui kisah cerita dari turun-temurun disebutkan jika siapa pun mengenakan baju hijau di pantai diyakini bisa dipanggil ke alam gaib. Kisah-kisah seperti ini menciptakan aura misterius dan menimbulkan rasa takut sekaligus penasaran.
Asal-usul Hantu Laut Selatan ‘Nyi Roro Kidul’
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2708663/original/000476400_1547999838-PANTAI_CILACAP-Muhamad_Ridlo.jpg)
Melansir dari beberapa sumber, Nyi Roro Kidul atau disebut juga Hantu Laut Selatan memiliki asal-usul yang kaya dan beragam dan berakar dari kepercayaan animistik hingga legenda kerajaan Jawa.
Pasalnya banyak sejarawan dan antropolog meyakini bahwa sosok Ratu Laut Selatan sudah ada jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha sebagai semangat gaib yang mengontrol ombak ganas Samudra Hindia.
Kepercayaan ini berkembang dari rasa takut sekaligus hormat pada kekuatan alam yang tak terduga di pantai selatan Jawa. Selain itu, salah satu versi paling terkenal menyebut bahwa Nyi Roro Kidul awalnya adalah Putri Kandita.
Sang putri adalah anak Raja Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran di abad ke‑15 yang memiliki kecantikan mempesona. Namun, kecantikannya menimbulkan kecemburuan selir kerajaan dan ia terkena kutukan penyakit kulit dan diasingkan.
Adapun untuk menemukan kesembuhan saat terjun ke laut selatan ia berubah menjadi sosok gaib yang kuat dan cantik menawan. Versi lainnya menghubungkan kemunculannya dengan era Kerajaan Mataram Islam.
Konon Panembahan Senopati bertapa di pantai selatan dan bersekutu secara simbolis dengan Nyi Roro Kidul menjadikannya pendamping gaib para raja Jawa. Kisah ini digunakan untuk mengokohkan legitimasi spiritual kerajaan.
Kemudian cerita lain menyebutkan sosok ini terus hidup dalam dua lapis narasi sebagai dewi laut purba dan sebagai arwah bangsawan yang berubah menjadi penunggu laut selatan dan membuat legenda tersebut menyatu dengan praktik budaya.
Mulai dari ritual labuhan dan larung sesaji di Pantai Selatan serta kepercayaan larangan memakai hijau yang merupakan warna kesukaannya. Sosoknya tidak sekadar mistik tetapi juga bagian penting dari spiritualitas dan budaya Jawa melampaui zaman.